100

Pernahkah kamu hidup tanpa pertanyaan di dalam pikiran?

Hidup yang sederhana, tenang, dan damai. Ketiadaan yang menjadikan utuh. Seperti dua angka nol pada 100 yang menjadikannya simbol kesempurnaan. Setidaknya begitulah yang ku percaya. 

100 akan selalu dianggap sebagai pencapaian tertinggi sekalipun itu dalam pelajaran matematika yang melibatkan begitu banyak angka dan rumus lainnya. Sesulit apapun permasalahannya, serumit apapun penyelesaiannya, pada akhirnya penilaian tertinggi tetaplah 100. Angka 100 seperti ibu bagi soal-soal di buku pelajaran sekolah. Keberadaan yang kita semua rindukan selagi menjalani berbagai rintangan dan persoalan dari mulai aljabar sampai logaritma. 100 adalah keinginan kita semua untuk menjadi nyata di balik kulit, daging, dan tulang. 100 adalah impian dari hati, pikiran, dan jiwa. Yang ketiganya akan menyerah dan mulai merangkul satu sama lain ketika keegoisan mereka hanya berujung ketiadaan yang menjadikan sepi.

Aku ingin menjadi 100. Karena 100 tidak pernah sendirian. 100 selalu bertiga sejak awal waktu berputar. 1 selalu siap mengawali setiap detik yang berputar. 0 di tengah akan memikul semangat dan harapan ketika 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 tidak kunjung memenuhi eksptektasi. Dan 0 di akhir selalu ada untuk mengingatkan bahwa kita akan tetap bersama meski hitungan sudah berakhir. 1 akan terus melangkah, 0 di tengah akan selalu mendukung, dan 0 di belakang akan senantiasa melengkapi. 

Bahkan dalam kesempurnaan, dibutuhkan tiga bilangan yang saling melengkapi. Tiga angka yang saling menerima dan saling merendah. Bahkan 1, yang merupakan angka tertua dalam sejarah penyebutan urutan angka, tidak angkuh ketika bersandingan dengan dua angka lainnya yang tidak bernilai apapun ketika sendirian ataupun berdua. 

100 adalah keberadaan yang tidak mempertanyakan apapun. Keberadaan yang sederhana, tenang, dan damai.

Comments