Hari pembunuhan langit

Sewaktu aku kecil, aku gemar melihat kembang api di perayaan tahun baru. Yang aku tahu hanya gemerlap warna-warni di langit itu seolah menjadi ritual wajib yang melambangkan para manusia di bawahnya yang kian gempita. Bagiku, tiap-tiap ledakan adalah undangan untuk bertepuk tangan merayakan kebahagiaan bersama-sama. Hitungan mundur menuju 1 Januari juga terasa makin mendebarkan tiap detiknya. Hingga akhirnya sampai di pukul 00.00, orang-orang seolah melepaskan semua kegembiraannya bersama-sama. Sungguh menyenangkan sekali. Setidaknya begitulah yang kurasakan dulu.

Kini aku sudah lebih dewasa dari masa-masa itu. Aku lebih sadar apa yang sebenarnya terjadi di momen paling gempita dalam satu tahun tersebut. Kini, bagiku perayaan tahun baru tidak lebih daripada pembunuhan terhadap langit. Apa mungkin lebih pantas disebut pembantaian, ya? Karena manusia dari seluruh penjuru dunia semuanya menembakkan hulu ledak yang tak terhitung jumlahnya secara bersamaan ke langit. Punya kuasa apa langit terhadap semua ledakan dan asap yang diarahkan padanya dari sana-sini dan selama beberapa menit tanpa henti? Langit memang punya awan untuk menurunkan hujan. Namun satu-satunya pertahanan tersebut hanya bisa efektif untuk mempertahankan diri dari satu arah serangan saja. Tidak mungkin langit menurunkan hujan di seluruh muka bumi.

Tapi kenapa manusia tidak pernah menyadari hal tersebut? Terus menerus melakukan hal yang sama setiap tahunnya, malah dengan konsep yang selalu diperbaharui seolah yang mereka pertontonkan adalah seni yang luhur dan memiliki makna yang dalam. Memangnya seberapa banyak asap yang dihasilkan oleh satu saja ledakan kembang api? Kalaupun asapnya tidak lebih dari satu embusan kentut, bayangkan saja akan jadi berapa banyak jika ledakan kentut tersebut terjadi di berbagai daerah dari perkotaan sampai ke pelosok peradaban. Apa memang karena perayaan tahun baru terjadi di malam hari sehingga asapnya tidak kelihatan? Padahal manusia bahkan bisa menciptakan teknologi untuk melihat ke luar angkasa sekalipun. Namun ancaman bumi yang menjadi tradisi ini seolah tidak pernah dianggap penting. Entah sampai kapan pula hal itu akan terus berlanjut. Padahal, banyak cara lain untuk merayakan tahun baru. Bagiku, yang terpenting dari perayaan tahun baru hanya satu: manusia berkumpul untuk merayakan sesuatu yang sama di saat kemanusiaan sudah terbiasa dengan perpecahan dan perbedaan.

Walaupun aku selalu berpikir demikian, nyatanya kembang api yang tak terhitung jumlahnya akan tetap diluncurkan tahun ini. Aku hanya berharap semoga saja orang-orang bisa memaknai perayaan tahun baru dengan baik. Karena jika tidak, maka untuk apa kita mengorbankan bumi setiap tahunnya?

#30DWC #30DWCJilid21 #Day16

Comments