Seperti dalam video game, karakter yang aku mainkan akan semakin kuat setelah
mengalahkan pula musuh-musuh yang awalnya lebih kuat dari aku. Begitu juga
dalam kehidupan nyata, rupanya. Hanya saja, bedanya aku tidak selalu bisa
melihat musuh yang sedang aku hadapi. Bahkan kadang aku tidak tahu bahwa aku
sedang menghadapi musuh. Musuh di dunia nyata bentuknya banyak yang tidak
terduga. Dari yang memang menakutkan, yang menantang, yang memberatkan hati,
bahkan sampai yang mendatangkan senyuman dan kenyamanan. Sudah begitu, aku
tidak selalu bisa memilih musuh mana yang ingin aku hadapi. Tapi, sama seperti
dalam video game, aku akan bertambah
kuat setelah mengalahkan mereka.
Tetapi ada yang perlu dicatat. Sebagaimana
aku tidak bisa memilih musuh yang ingin dihadapi, tidak juga mengetahui dalam
bentuk apa musuh itu hadir, aku juga menjadi tidak bisa memilih untuk menjadi
kuat dalam hal apa, tidak juga mengetahui akan lebih kuat terhadap apa. Lambat
laun, aku akan terbentuk dengan sendirinya oleh musuh-musuh yang seperti acak
tersebut. Aku menjadi kuat berkat musuh-musuh yang tidak bisa ditawar
kedatangannya.
Aku menjadi kuat dengan sendirinya pada
bidang yang tidak akan pernah aku tahu apa. Satu-satunya cara untuk tahu hanya
dengan cara melihat ke belakang. Kesulitan apa saja yang sudah aku lalui?
Mungkin kesulitan yang meningkatkan daya tahan aku terhadapnya. Mungkin
kesulitan yang menghubungkan aku dengan orang yang berada di situasi yang sama,
memperkuat hubungan manusia aku dengan yang lain. Mungkin juga kesulitan yang
mengukuhkan hati aku untuk bertindak, memperkuat tekad untuk terus maju.
Terkadang aku tidak sadar bahwa aku sudah
lebih kuat. Tapi setidaknya kini aku tahu, bahwa untuk menjadi kuat tidak butuh
kekuatan. Bahwa memang menjadi kuat adalah untuk orang-orang lemah. Bahwa
memang tidak apa-apa menjadi lemah, asalkan terus bertambah kuat. Asalkan aku
tidak berhenti di sini.
#30DWC #30DWCJilid21 #Day14
Comments
Post a Comment