Pelajaran omong kosong

Pernah ada hari di mana aku merasa kosong. Tidak paham arti dari hari-hari sebelumnya. Tidak mengerti maksud dari beberapa jam yang telah lalu. Tidak tahu apa yang akan terjadi di beberapa menit kemudian. Tidak siap dengan apa yang akan muncul di detik-detik yang akan datang. Lalu aku sadar bahwa aku kurang belajar. Belajar yang lebih dari sekedar buku-buku, kata-kata, dan angka-angka. Aku kurang belajar dari yang tak ada di buku-buku, tak berkata-kata, dan tak dihitung angka-angka. Lalu setelah beberapa saat mengamati ini dan itu, aku tersadar dengan pikiran yang sudah merumuskan itu dan ini.  Aku malah belajar sejadi-jadinya sebisa-bisanya dan seenak-enaknya. Seperti-seperti yang akan aku tulis di bawah-bawah ini:

1.   Coba berkaca pada batu. Batu adalah bagian dari bumi. Bumi adalah sesuatu yang hebat. Bahkan merupakan bagian dari galaksi, hal yang jauh lebih hebat. Tapi batu tidak sombong karena ia sadar bukan dia yang hebat. Batu selalu berada di bawah dan akan bergulir ke bawah jika ada kesempatan. Dia tidak pernah merendahkan orang lain, namun tetap kokoh jiwanya.

2.    Perhatikan galon air. Dia ada untuk mengantarkan sumber kehidupan dari satu wadah ke wadah lain. Sumber kehidupan yang kemudian diminum oleh yang akan memperbanyak kehidupan. Kehidupan yang berasal dari air, membutuhkan air, mengeluarkan air, dan menyalurkan air. Air yang berasal dari alam dan kemudian menjelajah dunia untuk akhirnya kembali lagi ke alam. Galon air adalah bagian dari siklus yang rumit dan panjang. Tapi dia tetap sederhana dan apa adanya. Kita bahkan bisa melihat air yang dibawanya. Kita bisa menakar kualitas air di dalamnya yang barangkali agak sedikit kotor. Galon air berani untuk menampilkan dirinya di hadapan orang lain dengan terbuka.

3.  Amatilah karet gelang. Dia diciptakan untuk mengikat. Mengikat yang sedikit lebih kecil atau mengikat yang sedikit lebih besar. Jika terlalu kecil maka tidak akan terikat dan jika terlalu besar juga tidak akan terikat. Tapi karet gelang juga bisa menjadi senjata untuk usil. Karet gelang juga bisa saling bergandeng tangan dan menjadi alat untuk bermain. Karet gelang juga bisa saling memeluk untuk menjadi bola yang membawa kesenangan. Dan pada akhirnya, karet gelang tidak menyerah pada sebagai apa ia diciptakan. Walaupun diciptakan sebagai pengikat, dia memiliki pilihan untuk menjadi apa pun yang dia bisa.

Aku bersyukur bisa mengamati tiga benda tersebut. Aku beruntung bisa belajar tiga hal tersebut pada satu waktu. Aku tahu, semua itu memang terdengar seperti omong kosong yang tidak bisa diterima akal. Tapi, jika memang kamu berpikiran seperti itu, maka jawablah pertanyaanku. Memangnya, harus seperti apa hal-hal yang sudi kau masukkan ke akal dan jadikan pelajaran?

#30DWC #30DWCJilid21 #Day1

Comments