Roda dan Pameran

Dasar aku. Padahal aku sudah sering mendengar ucapan “Hidup itu seperti roda. Kadang di atas, kadang di bawah.” Tapi aku masih sering lupa bahwa hal tersebut memang nyata. Sebagai pembelaanku, memang sulit kok melihat bahwa roda tersebut ada. Terutama ketika kita sedang berada di atas. Padahal biasanya kalau berada di atas, seseorang bisa melihat lebih banyak hal. Nyatanya, semakin aku naik, semakin buta pula aku. Yang terasa dari roda tersebut hanya kehidupan yang terasa berat ketika aku berada di bawah.

Sebagai pembelaanku yang kedua, di era sekarang terdapat banyak sekali media sosial. Mungkin kalian tahu media sosial mana yang akan aku bicarakan jika terkait dengan roda kehidupan. Benar sekali.  Jawabannya adalah Instagram. Media sosial yang bertumpu pada visual. Di sana adalah tempat setiap orang bisa memajang cerita hidupnya bagai lukisan di sebuah museum pribadi.

Seperti halnya juga lukisan pada museum, yang dipajang hanya beberapa lembar yang dianggap berhasil. Kita tidak tahu ada berapa kanvas yang akhirnya terbuang saat sang pelukis gagal membuat mahakarya. Hal tersebut juga bisa dilakukan setiap orang dengan mudahnya. Lama-kelamaan, media sosial tersebut berubah dari museum pribadi menjadi stan pada sebuah pameran. Setiap orang berlomba-lomba untuk menarik perhatian orang lain dengan berbagai macam tampilan menarik dan tontonan kebahagiaan. Mungkin kalian merasa tidak melakukan hal tersebut, bagus kalau memang tidak. Tapi apakah jangan-jangan kalian justru melakukannya secara tidak sadar? Karena pameran yang sedang kita bicarakan ini tidak muncul dalam waktu semalam seperti yang sering kita temui di akhir pekan. Pameran yang satu ini diselenggarakan secara perlahan dan sedikit demi sedikit. Tak banyak orang yang menyadarinya dan tanpa sadar sudah berpartisipasi dengan stan masing-masing.

Sisanya hanya butuh penjelasan sederhana. Apa yang orang akan pajang di sebuah stan? Tentunya berbagai hal yang menarik. Tak seorang pun akan memajang makanan yang terlalu lama digoreng hingga gosong. Tidak ada yang mempertontonkan hal-hal yang membosankan. Kenapa? Agar terlihat menarik. Lalu apa yang terjadi ketika orang menilainya menarik? Ingat ini bukan pameran tempat orang-orang bisa membeli sesuatu karena setiap pengunjung juga merupakan pemilik stan. Di pameran ini, ketika orang-orang melihat stan yang menarik, mereka kemudian akan teringat dengan stan miliknya. Kemudian muncul pemikiran “Wah, stan ini menarik. Tidak seperti punyaku. Bagaimana ya supaya stanku juga menarik?” Yang akan terus menjamur di kepala kalau-kalau kita tidak piawai dalam menjaga kebersihan pikiran. Kalau pemikiran tersebut dibiarkan menjadi penghuni isi kepala kita, maka kita tidak akan pernah sadar bahwa semua orang hidup dalam roda yang memiliki ukuran dan kecepatan berputar yang berbeda-beda satu sama lain.

Aku memiliki pengingat tersendiri agar menjaga isi kepalaku bersih. Mungkin bisa berguna juga untuk kalian. Pengingat milikku adalah sebuah kalimat yang bunyinya seperti ini:

“Kamu juga pernah bahagia di saat orang lain sedang tidak merasa bahagia.”

#30DWC #30DWCJilid21 #Day19

Comments