Yang patut dikhidmati

Tahu kata “khidmat”? Tahu artinya? Arti dari kata tersebut adalah hormat atau takzim. Sekarang, di kalimat macam apa kamu sering mendengar kata “khidmat”? Hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan, ‘kan? Sekarang aku beri pertanyaan. Mengapa kata “khidmat” seolah sudah diadopsi oleh hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan? Maka apakah kita hanya perlu khidmat pada yang bersifat keagamaan? Tidak.

Khidmat adalah sifat yang harus kita terapkan pada diri kita ketika berurusan dengan banyak hal. Terutama ketika kita berurusan dengan manusia. Sekarang coba saja pikirkan. Satu-satunya yang menghidupi kata “hormat” hanya manusia. Meskipun hormatnya tersebut terhadap suatu benda, tempat,  aturan, atau manusia itu sendiri. Khidmat, hormat, dan takzim adalah konsep yang diciptakan oleh manusia untuk manusia lain. Semacam aturan main sepertinya. Maka dari itu, khidmat, hormat, atau takzim sudah selayaknya kita terapkan pada diri kita ketika berurusan dengan apa pun yang berkaitan dengan manusia lain. Agar kita saling menjaga perasaan satu sama lain sehingga hubungan kita harmonis.

Nah, tapi kan kita sendiri juga manusia. Maka seharusnya khidmat berlaku juga untuk diri kita sendiri. Kadang kita lupa untuk khidmat pada diri sendiri. Melupakan segala pencapaian yang kita pernah raih, memandang remeh diri sendiri, menginjak perasaan diri sendiri. Padahal kita juga manusia. Kita berhak mendapat semua perlakuan baik yang manusia ciptakan untuk ke sesama manusia. Kita masih termasuk pada permainan yang sama. Kita hidup dengan orang lain dengan aturan main yang sama. Maka, kita juga harus memperlakukan diri kita dengan aturan yang sama. Khidmatlah pada diri sendiri. Rawat dirimu, jangan benci masa lalumu, hiduplah pada masa sekarang, dan jangan lupa mempersiapkan masa depan. Kamu patut dikhidmati.

#30DWC #30DWCJilid21 #Day15

Comments